A good blog is seriously time-consuming to maintain, but an excellent showcase for an individual translator’s writing style. What better way to reinforce your brand in sometimes crowded market? (The Prosperous Translator, ed. Chris Durban, 2010)
Setelah lebih dari dua bulan terbengkalai, ditambah pening kepala selama berhari-hari, akhirnya lamfaro.com tampil dengan wajah baru.
Ide perombakan muncul setelah saya melihat blog ini cukup sering diakses. Mungkin lantaran beberapa tulisan kerap dijadikan tautan, terutama CV Penerjemah, Perlu Dibuat Berbeda yang sudah ditengok 4410 kali sejak diterbitkan. Dalam acara diskusi dengan tim peneliti dari Universitas Negeri Semarang beberapa waktu lalu, saya diberitahu bahwa kontak saya diperoleh dari salah satu mahasiswa yang rupanya pembaca blog ini. Saya juga sempat dihubungi calon klien yang mengontak saya setelah melihat-lihat profil saya di laman sihapei dan blog ini.
Dari situ saya berpikir, dengan segala keterbatasannya, blog bisa dioptimalkan sebagai tempat “jualan” dan dibuat seperti situs web. Apalagi sekarang saya berniat merambah penerjemahan bidang lain, terutama arsitektur, sesuai disiplin ilmu yang saya geluti sebelum menjadi penerjemah.
Untuk itu, blog ini perlu dirapikan. Pertama, saya putuskan mengubah seluruh konten ke dalam bahasa Inggris, supaya bisa menjangkau lebih luas, kecuali kategori “blog” (karena tetap saja saya paling nyaman menulis panjang-lebar dalam bahasa Indonesia). Laman awal saya isi dengan cerita singkat profil saya. Untuk foto diri di laman tersebut, saya memakai kartun yang digambar oleh vbi_djenggotten.
Setelah masalah konten beres, saatnya mengutak-atik tampilan. Proses ini memakan waktu, tapi buat saya amat menyenangkan. Untuk tema, saya memilih “Singl” yang minimalis dan rapi. Kemudian saya memakai header (kepala halaman) yang saya buat sendiri di Microsoft PowerPoint. Saya mengubah total struktur menu, mengisi laman awal dengan halaman statis, bukan lagi posting terakhir blog seperti sebelumnya. Untuk font, ternyata sejak akhir Juli 2015, WordPress menambahkan 30 font gratis bagi semua pengguna, tanpa perlu meng-upgrade sama sekali. Dengan begitu, saya bisa memilih font yang saya sukai tanpa harus tergantung pada font standar bawaan tema.
Alhamdulillah, bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia, saya bisa kembali meluncurkan lamfaro.com. PR berikutnya: mengisi blog lebih rajin. Saya akui saya masih jarang memposting tulisan, sampai terkadang “dijewer” Rini, teman saya yang rajin nge-blog 😛 Untuk saat ini, urusan blog yang lumayan bikin pening ini saya sudahi dulu. Saatnya menerjemahkan kembali.
Hiks… padahal aku sudah kena jewer juga. Selamat ya Lul, atas renovasi rumah mayanya:)
Thanks ya, Rin. Soal ngeblog, Rini-lah Mario Teguh-ku… hihi
Jadi lebih sederhana. Jadi betah nongkrongin juga. Apik, euy, Mbak Lu. 🙂
Waaah, makasih, Mas Husnil. Tujuan awalnya memang merapikan tampilan lama yang udah awut-awutan 😀
sentuhan arsitek memang beda, ya…hihi… pilihan font-nya rapi dan pas, termasuk foto-fotonya, secara keseluruhan enak dibaca dan dipandang 🙂 selamat menerjemahkan (dan nge-blog) lagi ya Lu 🙂
Makasih, Mba Nita. Ini cuma memanfaatkan font yang sekarang digratiskan oleh WordPress. Banyak yang lucu-lucu, jadi milih-milihnya itu yang bikin lama 😛 Buat Mba Nita juga ya, selamat berkarya lagi 🙂
Iya, udah lama gak baca postingan mbak Lulu 🙂 welkombek mbak ^^
Makasih, Yan. Haha iya, perlu lebih rajin ngisi blog 😛
Simple banget mba desainnya… suka. Ikut lihat-lihat postingan blog-nya ya… 🙂 Kali aja nemu sesuatu.
Boleh silakan 🙂 Makasih udah berkunjung ya