Ternyata sudah dua tahun saya mengenal Wordfast Classic (WFC), CAT Tool atau perangkat lunak komputer untuk membantu penerjemahan (baca: Jempalitan Bersama Wordfast). Saya tidak selalu bekerja dengan perangkat ini, karena penerbit lebih sering memberikan teks asli berupa hardcopy. Tapi, jika kebetulan mendapat teks asli softcopy, saya memanfaatkan WFC untuk berlatih.
Selama ini saya masih memakai WFC gratisan, yaitu versi demo yang bisa diunduh di situs webnya. Tapi saya sangat menganjurkan kepada teman-teman penerjemah yang kurang puas dengan versi demo, atau punya kelebihan dana, untuk membeli Wordfast (atau CAT Tool jenis lain). Bagaimanapun, TM (Translation Memory) dalam versi demo hanya dibatasi 1000 unit. Begitu angka ini tercapai, pengguna akan diminta membuat TM baru.
Ada yang berpendapat CAT Tool kurang terasa manfaatnya dalam penerjemahan novel. Mungkin ini ada benarnya, tapi saya pribadi lumayan terbantu dengan WFC, bahkan dengan versi demonya. Karena WFC dirancang sebagai add-on Microsoft Word, penampilannya tidak rumit penuh kotak seperti CAT Tool lain. Jadi, bagi pemula seperti saya, WFC tidak terlalu mengintimidasi.
Baru kemarin, saya bisa menyelesaikan novel bergenre fantasi 490 halaman selama satu setengah bulan, itu pun dengan meluangkan waktu 4 hari untuk dua kali membaca ulang hasil terjemahan, setelah “diendapkan” alias tidak ditengok dulu selama 2 hari. Materinya sendiri alhamdulillah tidak membutuhkan banyak riset, sehingga bisa lekas selesai. Tapi WFC memberikan beberapa “jalan pintas” yang memudahkan saya menggarap novel ini. Berikut ini beberapa kemudahan yang saya dapatkan dari WFC:
1) Menggabungkan beberapa kalimat menjadi satu segmen Penerjemah novel sering terpaksa mengutak-atik teks, menggabungkan kalimat yang tidak efektif atau memisahkan kalimat yang terlalu panjang demi mendapat terjemahan yang luwes. Dengan WFC, beberapa kalimat bisa digabungkan dalam satu segmen hingga satu paragraf. Jadi, saya bisa membaca ulang satu paragraf secara utuh sebelum pindah ke segmen selanjutnya. Dan kemungkinan ada bagian yang terlewat cukup kecil, karena otomatis kita bekerja secara runut.
2) Menghemat waktu menulis nama tokoh atau nama tempat, dll Begitu kita mengetikkan huruf kapital, Wordfast otomatis memberikan usulan untuk terjemahannya. Seperti contoh di atas, begitu saya mengetik huruf E, muncul “Eleanor” yang di-highlight warna biru. Tinggal tekan Tab, dan kata “Eleanor” langsung muncul di kotak terjemahan. Bayangkan kalau namanya rumit.
Bagaimana kalau dalam satu segmen usulannya banyak? Mudah, kita tinggal menekan Tab atau panah ke bawah berkali-kali hingga muncul kata yang dibutuhkan. Contohnya seperti di bawah ini.
3) Membuat glosarium dan memanggilnya setiap kali dibutuhkan Mengingat dalam versi demo jumlah TM dibatasi, saya lebih banyak bermain dengan glosarium. Glosarium ini bisa dipakai untuk terjemahan mana pun, jadi di sini saya menyimpan istilah-istilah yang umum saja, seperti Japan = Jepang, dehydration = dehidrasi, atau kitchen = dapur. Dalam gambar di bawah, saya sudah mencatat “ruang bawah tanah” sebagai terjemahan “basement“. Jadi setiap kali muncul highlight biru muda dalam segmen, artinya kata tersebut sudah ada di glosarium. Biasanya begitu kita mengetik beberapa huruf awal, terjemahannya langsung muncul. Lumayan menghemat beberapa ketuk, kan? 😀
4) Membuat glosarium khusus Dalam WFC, kita bisa membuat maksimal tiga glosarium. Jadi, selain glosarium utama seperti contoh di atas, biasanya saya membuat pula glosarium “khusus” yang saya panggil hanya untuk novel fantasi. Kebetulan novel fantasi yang saya garap kemarin bertaburan istilah semacam Kristoff House = Rumah Kristoff, Wind Witch = Penyihir Angin, dan Storm King = Raja Badai. Istilah-istilah ini saya kumpulkan dalam glosarium kedua yang tidak saya campur dengan glosarium utama. Warna highlight-nya juga secara default berbeda, jadi tidak bikin pusing.
5) Memanfaatkan TM Untuk versi demo, masalah TM ini dibatasi. Dalam contoh di bawah, kebetulan karena saya pernah menerjemahkan kalimat yang persis sama dalam satu TM, WFC mengingatkan saya dengan memunculkan kotak hijau (bukan abu-abu) berisi kalimat tersebut. Perhatikan ada tulisan <}100{> persis di atasnya, yang menunjukkan kemiripan 100%.
Ada kalanya kemiripannya tidak sampai 100%, biasanya ditunjukkan dengan warna kuning seperti contoh di bawah. Biasanya kalimat ini saya terima dulu, baru setelah itu diubah sesuai kebutuhan.
Begitulah beberapa kemudahan yang saya dapatkan dari WFC dalam menggarap novel. Tapi, sebagai penerjemah novel, kita tidak boleh terbuai oleh CAT Tool. Membaca ulang hasil terjemahan dan mengeksplorasi diksi seluas-luasnya tetap wajib dilakukan. WFC hanya memberikan kemudahan teknis yang bisa mempersingkat waktu pengerjaan.
Oh ya, postingan ini saya tulis semata-mata untuk berbagi pengalaman saya selama ini. Mengenai data teknis dan tips menarik seputar Wordfast secara lebih mendetail, artikel-artikel di bawah ini sangat perlu dibaca:
- Panduan Singkat Wordfast Classic (http://www.maswit.com/)
- Alat Bantu Penerjemahan? (http://zonaaini.wordpress.com/)
- Si Katul dalam Penerjemahan Novel (http://dinabegum.com/)
Semoga bermanfaat! 😉
Makasih sharingnya, Mb Lulu. Saya pernah coba-coba pake WFC yang gratisan ini tapi belum berhasil. Masih pusing. Hehe. Akhirnya berhasilnya coba pake OmegaT. Lebih simpel lagi daripada WFC yang katanya udah paling simpel untuk pemula. 😀
Oooh, aku malah belum pernah nyentuh OmegaT sama sekali, soalnya pertama kali kenalan dengan Wordfast, terus langsung nyebur di situ. OmegaT lebih simpel ya? Wah, menarik juga untuk dicoba. Sama-sama ya, Dedeh 😀
sharingya bagus banget mba Lulu 😀 makasih ya
Sama-sama, Mba Armita. Semoga bisa bermanfaat 😀
OmegaT memang menggiurkan untuk diexplor lebih. hehehe… Mba Lulu pernahkah mencoba menggunakan WFC di selain Microsoft Office? misal open office atau kingsoft office?
Saya belum pernah nyoba buka WFC di Open Office, Mas. Wah, kalau ternyata bisa, boleh juga ditulis ulasannya 🙂
Saya pernah mengunduh WFC yang gratisan, tapi kayak Mbak dedeh, saya pusing sendiri dan belum pernah menggunakannya. Belum pernah nerjemahin novel juga sih, entahlah, belum berani. Enakan buku nonfiksi aja, hehe. Fiksi enak dibaca aja. Kalau dipindah ke bahasa Indonesia, kadang bingung atau takut ga sesuai dg maksud penulis.
Makasih infonya Mbak L! 😀
Sama-sama. Awalnya saya juga bingung, tapi berbekal tiga tulisan yang saya tautkan di atas, lama-lama alhamdulillah mulai bisa. Tapi masih banyak yang saya harus pelajari juga sih 🙂
Terima kasih mba atas sharingnya! 🙂
Sama-sama, Egi. Makasih juga udah berkunjung ke blog saya 😀
Berarti lebih tepat untuk materi sumber yang format softfile ya, Mbak?
Bener, kalau nggak dapat softcopy, CAT Tools ini nggak bisa dipakai 🙂