[Ulasan] Inferno


inferno-1Maukah kau membunuh setengah populasi manusia hari ini, demi menyelamatkan spesies kita dari kepunahan?

Dalam pandangan ilmuwan biokimia asal Swiss Bertrand Zobrist, manusia tak ubahnya kelinci yang dikumpulkan dalam satu pulau, terus-menerus berkembang biak hingga sumber makanan di pulau itu tak lagi mencukupi, dan akhirnya punah. Hanya satu solusi bagi masalah ini: menghapus sebagian besar populasi.

Robert Langdon, profesor simbologi dari Harvard University, terlibat urusan ini karena suatu malam dia terbangun di rumah sakit di Florence, Italia, tanpa ingat apa yang telah dilakukannya. Sebuah stempel berisi kode rahasia ditemukan di jasnya. Dengan bantuan Sienna Brooks, dokter yang merawatnya, Langdon menemukan bahwa kode rahasia itu berhubungan dengan cita-cita Zobrist, yaitu menciptakan wabah yang mengancam umat manusia dan menyembunyikan pemicunya di suatu tempat.

Kode rahasia ciptaan Zobrist itu berpijak pada Inferno, bagian pertama puisi epik Divine Comedy karya sastrawan abad ke-14 Dante Alighieri. Bersama Brooks, Langdon menyusuri Florence, tempat kelahiran Dante, mendatangi tempat-tempat historis semacam Palazzon Vecchio, Pitti Palace, hingga Piazza del Duomo, berusaha memecahkan teka-teki tersebut sebelum terlambat.

Overpopulasi

Inferno adalah karya terbaru Dan Brown yang bercerita tentang overpopulasi. Dalam wawancara dengan BBC News, Brown mengaku mengangkat tema ini karena isunya yang serius. “Saya berbicara dengan banyak ilmuwan yang juga mencemaskan hal ini dan mendapat kesimpulan bahwa overpopulasi adalah masalah yang berkaitan erat dengan isu lingkungan lainnya, seperti ozon, air bersih, kelaparan, penggundulan hutan,” ucapnya.

Fenomena overpopulasi bukan isapan jempol semata. Menurut data yang dipakai buku ini, pertumbuhan populasi dunia sangat mengejutkan. “Hanya perlu sekitar seratus tahun untuk melipatgandakan populasi itu menjadi dua miliar pada 1920-an. Setelah itu, hanya perlu lima puluh tahun bagi populasi untuk berlipat ganda menjadi empat miliar pada 1970-an.” (hal. 146). Sekarang saja penduduk dunia sudah mencapai tujuh miliar. Padahal, hingga awal 1800-an populasi satu miliar baru didapatkan setelah melewati ribuan tahun.

550px-Population_curve.svg

Wilayah Abu-abu

Terlepas dari temanya yang “horor”, novel ini keren dan layak dibaca. Seperti karya Dan Brown lainnya, kekuatannya terletak pada riset mendalam. Brown bahkan mencoba semua kamar dan lorong rahasia sehingga perjalanan Langdon dialaminya sendiri. Selain itu, plotnya juga menyimpan banyak kejutan yang membuat saya yang awalnya belum tergugah ingin buru-buru menyelesaikan novel ini.

Dalam novel ini, Brown menempatkan semua tokoh dalam wilayah abu-abu. Tak ada yang namanya penjahat besar, dan semua orang bertindak karena alasan masing-masing. Apakah Zobrist bisa disalahkan ketika mengatakan populasi manusia di bumi ini sudah kelewatan, ketika semua orang malah menutup mata akan hal tersebut? Di sisi lain, bukankah penghapusan sebagian manusia bisa dianggap upaya keji dan menyeramkan?

Saya membaca edisi terjemahan buku ini, dan alih bahasanya sangat luwes dan apik. Saya dengan mudah memahami perjalanan dan pengalaman ruang yang dijabarkan. Ada yang sedikit mengganggu, yaitu pemberian tanda setrip untuk menyambung dua kata yang sehari-hari tidak dikenal demikian, seperti jalan-setapak, garis-langit, sarung-tangan. Tapi mungkin ini gaya selingkung Bentang, penerbitnya.

Inferno mungkin bukan karya terdahsyat Dan Brown, tapi isu yang diangkatnya menggelisahkan. Membuat saya sempat tak bisa memejamkan mata sehabis bergadang membacanya dan sulit percaya buku ini sekadar karya fiksi.

Data Buku

Judul asli: Inferno
Penulis: Dan Brown
Penerjemah: Ingrid Dwijani Nimpoeno dan Berliani Nugrahani
Penyunting: Tim Redaksi
Pemeriksa aksara: Eti Rohaeti dan Oclivia Dwiyanti P.
Penerbit: Bentang
Terbit: Cetakan I, September 2013
Tebal: 642 halaman
ISBN:  9786027888555

Advertisement

9 thoughts on “[Ulasan] Inferno

  1. Penerjemahnya siapa Mbak? Wah jadi teratrik nih. Saya aja sekarang baru baca separuh Davinci Code 😛 Versi aslinya lumayan buat beajar bahasa Inggris hehe. Makasih Mbak ceritanya. Saya tunggu buku Burung Kukuk-nya Jk Rowling ya 😀

    1. Oh ya, penerjemahnya Ingrid Dwijani Nimpoeno dan Berliani Nugrahani. Nanti saya tambahkan di tulisan ini. Makasih ya udah baca. Siiip, moga-moga sempat bikin review si burung kukuk 😀

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s