Tempo hari, di laman Facebook-nya, Rini membagikan salindia tulisan alm. Adjat Sakri tentang Dasavirus Bahasa Indonesia, yaitu sepuluh virus kesalahan yang sering muncul dalam berbahasa Indonesia. Tulisan ini juga menjadi materi pelatihan Bahtera “Tertib Menulis bagi Penerjemah Indonesia”, yang diadakan di Salihara, Jakarta, pada 6 Februari 2010.
Dari Wikipedia, Adjat Sakri (1929-2008) adalah ahli bahasa Indonesia, pendiri dan kepala Penerbit ITB (1972-1997), Doktor Honoris Causa bidang kebahasaan dari Universitas Negeri Jakarta, serta dikenal sebagai pengajar dalam berbagai penataran di bidang penerbitan, penyuntingan, serta penulisan dan penerjemahan buku ajar bagi dosen perguruan tinggi negeri yang diadakan Dirjen Dikti, Depdiknas, antara tahun 1981 sampai pertengahan dasawarsa 2000-an.
Meski sudah lama, tulisan ini saya pasang di sini karena begitu relevan sampai kapan pun bagi penerjemah (termasuk saya), yang terkadang boros memakai kata, atau malah menguranginya. Selain itu, kita juga diingatkan untuk selalu mengubah struktur bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia yang wajar ketika menerjemahkan. Silakan disimak.
DASAVIRUS BAHASA INDONESIA
Oleh: Adjat Sakri
1) Kata depan dilesapkan
sesuai buku
sesuai dengan buku
dibanding perbuatannya
jika dibandingkan dengan perbuatannya
terdiri empat kelompok
terdiri atas empat kelompok
2) ‘sedangkan’ dan ‘sehingga’ mengawali kalimat
Sedangkan di belakangnya berdiri seorang anak kecil.
Sementara itu, di belakangnya berdiri seorang anak kecil.
Sehingga ia harus meninggalkan keluarga dan kampung halamannya.
Maka/Akibatnya ia harus meninggalkan keluarga dan kampung halamannya.
3) Kalimat diawali kata ‘dengan’ atau ‘untuk’ tanpa pokok kalimat (subjek)
Dengan kondisi tersebut menguntungkan pembangunan industri pariwisata.
Kondisi tersebut menguntungkan pembangunan industri pariwisata.
4) Kata kerja mengawali kalimat secara salah
Membaca tulisan Arief Budiman, kita diajak berpikir untuk memecahkan masalah pembangunan.
Oleh tulisan Arief Budiman, kita diajak berpikir untuk memecahkan masalah pembangunan.
Menyusul aksi pembakaran bendera Indonesia, Asosiasi Importir Indonesia mengancam akan memboikot barang impor dari Australia.
Akibat/Sebagai reaksi atas aksi pembakaran bendera Indonesia, Asosiasi Importir Indonesia mengancam akan memboikot barang impor dari Australia.
5) Kata kerja diikuti kata depan sebagai penyerta
Setiap orang memahami tentang apa yang terjadi dalam dirinya.
Setiap orang memahami apa yang terjadi dalam dirinya.
Mereka mempersoalkan tentang peranan agama dalam kehidupan sehari‑hari.
Mereka mempersoalkan peranan agama dalam kehidupan sehari‑hari.
6) Kata ‘di mana’ digunakan sebagai penghubung
a. Pengaruh bahasa Inggris di kalangan penulis yang menguasai bahasa tersebut
Sedikit sekali jalan di London di mana Anda tidak dapat membeli buku.
(harus dirombak strukturnya ke dalam struktur bahasa Indonesia)
b. Tidak mengenal kata sarana dalam bahasa Indonesia
Dalam kuliah di mana buku ajar ini digunakan, mahasiswa diperkenalkan kepada konsep dasar mekanika kuantum.
Dalam kuliah yang menggunakan buku ajar ini, mahasiswa diperkenalkan kepada konsep dasar mekanika kuantum.
c. Malas menguasai kaidah bahasa Indonesia
Ia mengambil keputusan itu di mana adalah bagi keselamatan keluarganya.
Ia mengambil keputusan itu bagi keselamatan keluarganya.
7) Gabungan ‘adalah merupakan’
Gunung Himalaya adalah merupakan gunung tertinggi di dunia.
Gunung Himalaya adalah gunung tertinggi di dunia.
ATAU
Gunung Himalaya merupakan gunung tertinggi di dunia.
8) Kata ‘saling’ mendahului kata kerja dengan imbuhan ‘ber‑an’ atau ‘di‑’
Mereka saling berpelukan.
Mereka berpelukan.
ATAU
Mereka saling memeluk.
ATAU
Mereka peluk‑memeluk.
9) Kalimat menjadi panjang oleh penggunaan kata berlebihan
Perampok itu melakukan pembunuhan terhadap pemilik rumah.
Perampok itu membunuh pemilik rumah.
Kehadirannya di Bali adalah untuk membuka Rapat Kerja Daerah.
Kehadirannya di Bali untuk membuka Rapat Kerja Daerah.
10) Pemakaian kata ‘kalau’ yang salah
Mayjen (Pol) Moch. Dayat mengakui kalau pembunuhan itu dilakukan oleh sebuah jaringan.
Mayjen (Pol) Moch. Dayat mengakui bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh sebuah jaringan.
Jujur, aku masih harus kerja keras untuk membiasakan diri tidak pakai kata penghubung di awal kalimat:D Tuh kan, boros banget kalimatku…
Sama, Rin, makanya aku seneng pas ketemu posting Rini di Facebook tentang ini. Ini kayak kesalahan dasar yang juga sering kulakukan.
kayak tertampar (halah) sendiri. soalnya hal-hal begitu sering banget terjadi sama diri sendiri. kesannya sepele, tapi ternyata keluar dari kaidah ya –“
Benar, mba, aku juga kadang masih “tertular” virus itu. Makasih udah mampir ya 😀
adalah merupakan ini maish sering saya jumpai dalam editing, tapi saya sendiri juga masih sering menggunakan kalimat dengan awal kata kerja secara keliru, keren artikelnya mbak Lulu. Terima kasih *sungkem
Sama-sama, Dion. Untung Rini share soal ini di FB-nya, dan kuanggap ini ilmu yang berharga banget. Tos! Sama, contoh-contoh di atas sering kutemukan pas lagi ngedit dan pas lagi baca ulang terjemahan sebelum disetorkan *mengaku. 😀
Selamat siang, saya Admin dari Penerbit DIVA Press dengan ini memohon izin menggunakan artikel Anda untuk pembahasan #Rabu Editing di Twitter dan Facebook Penerbit DIVA Press pada hari Rabu (18/12/2013). Atas kesediaan dan izinnya, kami ucapkan banyak-banyak terima kasih.
Salam hormat
Admin Jacob @divapress01
Selamat siang, terima kasih juga sudah mampir. Tapi sumber artikel ini bukan saya, melainkan slideshare milis bahtera yang ada di sini:
Saya hanya membagikannya di blog saya 🙂
Lalu, apa fungsi ‘di mana’? Saya sering memakai itu.
Setahu saya, “di mana” berfungsi untuk bertanya, bukan sebagai kata hubung. Pemakaian “di mana” sebagai kata hubung yang sangat sering kita temukan sebenarnya dipengaruhi struktur bahasa Inggris. Untuk penjelasan lebih lengkapnya, ada tulisan menarik di sini:
http://penerjemahan.wordpress.com/2014/05/11/where-vs-di-mana/
Makasih tanggapannya ya, Mas 🙂