Kemarin, saat membuka Facebook, saya baru sadar ternyata ada satu pesan yang belum saya baca. Ternyata dari seorang teman yang menawarkan pekerjaan menerjemahkan dokumen. Sayangnya, pesan itu masuk sehari sebelumnya, dan entah mengapa tidak ada notifikasi yang saya terima. Saya buru-buru membalas pesannya, menyampaikan ketertarikan saya. Soalnya, saya masih jarang menerjemahkan dokumen dan sekarang muncul tawaran di depan mata.
Tapi pekerjaan itu bukan rezeki saya, karena ternyata teman saya sudah mendapatkan penerjemah lain gara-gara saya lambat merespons. Memang kebetulan butuhnya cepat. Tapi teman saya berbaik hati mengatakan jika ada tawaran lagi dia akan menghubungi saya, dan menanyakan alamat e-mail dan nomor ponsel saya.
Kalau dilihat-lihat, dalam urusan pekerjaan, saya paling sering dihubungi lewat ponsel, telepon rumah, e-mail, dan Facebook (untuk kasus di atas, saya memang lagi apes aja hehe). Terkadang lewat YM. Saya tidak memakai BBM, Line, KakaoTalk, dkk. WhatsApp sih ada, tapi kontaknya sangat sedikit (gara-gara begitu sering menerima SMS iklan, tawaran asuransi, menang undian yang bahkan sampai 3 kali sehari, saya putuskan memakai nomor kedua yang belum banyak tersebar). Saya jarang membuka Twitter, bisa setiap beberapa hari sekali, bahkan DM pernah baru saya baca dua minggu setelah dikirim.
Pelajaran dari kejadian ini? Klise banget sih, tapi rajin-rajinlah mengecek semua jalur pribadi. Jika sedang membuka e-mail, jangan lupa periksa folder Spam, siapa tahu ada surat penting yang menyangkut di situ. Atur notifikasi via email untuk semua media sosial yang kita miliki, siapa tahu dihubungi via fasilitas japri. Atau enaknya nggak usah ikut banyak media sosial kali ya 😀
Sumber foto: www.webdesignerdepot.com
setuju mbak. semoga kali lain rezeki ya 🙂
Aamiiin, makasih ya 😀
dulu saya bingung pas ada yang bilang via japri. ternyata itu singkatan jalur pribadi. hehe
Sayang pasangannya kurang keren ya: jalum 😀
Kalau aku sebaliknya, karena jarang dapat pesan, aku rajin memeriksa semua japri, termasuk spam. Jadi, pas mendapati penawaran pekerjaan yang nyelonong masuk ke folder spam dengan segera ketahuan.
Itu dia, mba, kebetulan aku kadang dapet pesan sehubungan dng pekerjaan di Facebook. Aku sebenernya udah dua kali kejadian kayak di atas *ups… Menyesal banget. Maunya sih skrg semua korespondensi diarahkan ke e-mail aja, karena aku justru lebih rajin meriksa e-mail.
Kalau aku sih rajin periksa inbox karena jarang terima email. Sedemikian rupa sehingga aku berlangganan bermacam-macam enewsletter hanya sekadar biar ada email masuk setiap harinya #menyedihkan.
Eh, kok sama, mba, isi e-mailku juga banyaknya notifikasi langganan blog/website apa gitu hihi
Ikutan sosial media nya yg sekiranya penting2 aja mbak, biar nggak ribet ngecek satu2,hehe
Beneeer, Amy. Kebanyakan juga bingung. Dulu kayaknya aku bikin hampir semua akun sosmed dan blog, tapi ujung-ujungnya yang rajin kusambangi cuma wordpress sama paling facebook hehe
Kalimat terakhir itu makjleb:D Aku baru mengalami hal yang mirip. Mungkin perlu disertakan informasi bahwa preferensi utama kita adalah dihubungi lewat e-mail:)
Usul bagus, rin. Hehe… kalimat terakhir itu cuma menegur diri sendiri 😀