Mumpung akhir pekan, dan karena sedang jenuh menerjemahkan (*celingak-celinguk cari editor saya*), saya ingin memposting tulisan di luar penerjemahan. Belakangan, saya berusaha giat kembali berolahraga. Sebenarnya, saya hampir tidak pernah mengalokasikan waktu khusus untuk berolahraga. Tapi, karena dulu kantor tidak jauh dari rumah, sesekali perjalanan pulang-pergi saya lakoni dengan berjalan kaki atau bersepeda. Sekarang, sejak bekerja di rumah dan lebih banyak duduk di depan komputer, saya merasa kurang banyak bergerak.
Beruntung tempat tinggal saya tak jauh dari bendungan Situ Gintung yang kini jadi kawasan wisata Ciputat. Beberapa bulan ini saya berusaha rajin jalan pagi mengitari separuh bendungan. Nggak bisa dibilang rajin juga sih… Minimal 3 kali seminggu, dengan durasi sekitar 30-45 menit. Saya menghindari hari Minggu, karena ramainya luar biasa. Saya biasanya mulai begitu langit terang. Pulangnya mampir ke tukang sayur yang mangkal di dekat bendungan. Jarak tempuh saya sekitar dua kilometer. Yang paling “menyebalkan” adalah bagian menuruni tanggul dan kemudian mendakinya lagi. Bisa dipastikan keringat mengucur deras. Alhamdulillah, setelah itu badan terasa segar.
Keelokan Situ Gintung saat ini tak bisa dilepaskan dari tragedi pada 27 Maret 2009 silam, ketika tanggul yang membentengi bendungan tersebut jebol dan menimbulkan air bah yang menewaskan hampir seratus orang. Dengan luas mencapai 21 hektare, serta menampung sekitar 1 juta meter kubik air dan menjadi habitat begitu banyak macam satwa air, bendungan ini sungguh potensial. Bisa dibayangkan begitu banyak kehilangan akibat tragedi tersebut, sehingga selama bertahun-tahun pemprov Banten berupaya memulihkan kawasan ini.
Selain memanfaatkan Situ Gintung sebagai lokasi jalan pagi, saya sering memotret keindahan kawasan ini. Hasilnya seperti foto-foto di bawah ini. Saya hanya menggunakan kamera ponsel, Samsung Galaxy W i8150, dan foto-foto ini diambil dalam kurun waktu yang berbeda-beda.
Foto2nya bagus, Lu 🙂 Suka foto jalan setapaknya. Segar lihat hijau-hijau ya 🙂
Makasih, mba Nita. Tapi tempatnya udah indah, jadi gampang memotretnya 😀 Iya, aku beruntung ada tempat sehijau ini di pinggiran Jakarta. Semoga nggak akan berubah.
Ternyata asik juga ya tempatnya..
Lumayan kok, Ne. Kekurangannya cuma banyak sampah berserakan. Sayang banget…