Setelah penerbit tempat saya bekerja tutup sekitar pertengahan 2012 dan karena semakin gilanya lalu lintas Jakarta, saya memutuskan sepenuhnya menjadi penerjemah lepas. Sebenarnya, sejak dulu saya penerjemah lepas, tapi karena kesibukan di penerbit, pekerjaan freelance saya agak terbengkalai. Bisa dibilang, setelah tidak lagi bekerja kantoran, saya kembali jadi penerjemah pemula dan mulai dari awal.
Salah satu buku rujukan yang sangat bagus bagi orang seperti saya adalah How To Succeed as a Freelance Translator karya Corinne McKay, penerjemah lepas terkemuka di Amerika untuk pasangan bahasa Prancis-Inggris dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun. McKay tadinya seorang guru Bahasa Prancis di salah satu SMA sebelum memutuskan menjadi penerjemah lepas dengan spesialisasi dokumen hukum. McKay juga menulis blog yang begitu padat dan informatif sehingga saya betah membaca artikel-artikel di sana.
Saya membeli buku ini di The Book Depository, karena saya cari di toko buku impor di Jakarta tidak ada. Harganya saat saya beli (Desember 2012) sekitar Rp190rb (TBD bebas ongkos kirim). Buat saya yang baru mulai kembali sebagai penerjemah lepas purnawaktu, buku ini menginspirasi saya untuk meninjau ulang langkah apa saja yang sudah dikerjakan. Meskipun ditulis untuk penerjemah pemula, buku ini juga cocok bagi yang sudah bertahun-tahun terjun di bidang penerjemahan. Buku ini sangat komprehensif dan detail, mulai dari bidang-bidang yang bisa ditekuni penerjemah, cara mencari klien, cara membuat rencana pemasaran, hingga cara memanfaatkan media sosial semacam LinkedIn, Facebook, dll.
Buku ini mungkin lebih cocok bagi penerjemah dokumen, dan McKay sendiri mengakui bahwa di Amerika, literary translator (penerjemah yang menggarap buku, puisi, atau cerpen) sangat sedikit. Penyebabnya, selain bayaran yang kecil, tidak banyak buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Tapi, karena permintaan penerjemahan buku dari bahasa asing ke bahasa Indonesia sangat tinggi, saya yakin masa depan penerjemah buku di Indonesia jauh lebih cerah daripada di sana.
Dalam buku ini, banyak hal yang sangat menarik dan bisa saya terapkan sebagai penerjemah buku. Berikut ini beberapa di antaranya:
- Memulai periode start-up untuk mencari klien, memperbaiki cv, menambah jejaring, dll. Periode ini tidak bisa dipukul rata, mungkin idealnya 6 bulan sampai setahun, kendati semuanya sangat tergantung pada kondisi kita sendiri. Tahun pertama memang masa yang paling berat. Perlu banyak waktu, tenaga, dan uang yang dicurahkan untuk ini. Tapi insya Allah berbuah manis di ujungnya.
- Tidak ada salahnya melengkapi diri dengan pengetahuan formal di bidang penerjemahan. Bisa mulai dengan kursus singkat atau kuliah. Untuk soal ini, saya beruntung ada HPI yang kerap mengadakan pelatihan.
- Melakukan berbagai hal agar klien kembali memakai jasa kita, misalnya menyetor pekerjaan tepat waktu (*uhuk*), tidak sulit dihubungi, dan, yang cukup penting, meminta kritik atau masukan dari klien mengenai hasil pekerjaan kita.
- Memanfaatkan situs jejaring sosial dengan sebaik-baiknya, seperti Facebook, LinkedIn, Twitter, dan blog, sebagai media promosi. Saya sendiri belum memanfaatkan LinkedIn dengan maksimal, tapi sepertinya perlu dicoba.
- Mempersiapkan diri bahwa pekerjaan freelance itu memiliki dunia yang berbeda dengan kantoran. Pendapatan kita tidak akan rutin, kadang kebanjiran proyek, tetapi bisa pula sepi order. Gaya hidup pun menjadi berbeda. Mungkin memang menyenangkan tidak perlu bermacet-macet ria di jalanan Jakarta, tetapi beberapa hal mungkin luput pula dari perhatian kita, seperti jadi malas bergerak dan berolahraga *tersipu*.
Ada satu kutipan dalam buku ini yang cukup melecut: “You might be an outstanding translator, but if you can’t market yourself, meet deadlines, keep track of your billings and keep your technology setup up to date, you will find yourself struggling to make a healthy income.” Nah, menarik, kan? Bagi yang sangat ingin menjadi penerjemah lepas, tak ada salahnya membaca buku ini.
Judul asli: How to Succeed as a Freelance Translator (second edition)
Penulis: Corinne McKay
Penerbit: Two Rat Press and TranslateWrite, Inc
Tahun terbit: (first edition, 2006; second edition, 2011)
Tebal: 207 halaman
ISBN: 9780578077567
Bukunya menarik kayaknya. Jadi pengen baca hehehe.
Btw pengalaman kita barangkali hampir sama. Dulu pernah kerja di penerbitan, pernah jadi penerjemah lepas juga (yang kurang lebih “asal dapat job terjemahan” aja.) Tapi setelah benar-benar menjadi freelancer, rasanya seperti mulai dari nol lagi. Rasanya seperti ketinggalan kereta hehehe.
Emang sih kalau di Jakarta, enakan jadi freelancer. Nggak kena macet 🙂
Bener, Kris. Buku ini sangat bagus menurutku, karena terlihat McKay menguasai apa yang ditulisnya dan mungkin sudah mengalami jatuh-bangun di dunia penerjemahan. Wah, tosss! Perasaanku persis begitu. Mungkin karena bisa dibilang aku jadi freelance full time di luar rencana, jadi sempet agak shock juga dan seperti kembali ke titik nol. 🙂
Saya sedang merintis menjadi business analis freelance nih, tapi masih sepi order 🙂
Makasih sudah berkunjung. Ya, buku yang saya ulas ini memang untuk penerjemah, tapi secara garis besar kiatnya mungkin sama untuk freelance di bidang lainnya. Sukses selalu ya 🙂
Waduh, kaya’nya nggak banget dech buat aku. Bahasa inggrisnya belepotan. Jadi malu nich 🙂
Halo, mba Ika, salam kenal. Bukunya bagus kok, Bahasa Inggrisnya nggak berat-berat amat. Btw, makasih sudah mampir ya 😀
*baca poin ke 5*
ah kalo kerja freelance bikin males gerak atau olahraga, kayaknya nggak juga mbak…
mosok sih betah duduk terus di depan komputer? pasti pegel juga. trus tergerak utk jalan2 sebentar, sukur2 senam, stretching, nari2, 10 menitan gitu. 🙂
(tapi dlm kasus saya, jalan2 buat ngambil snack sih. hehehe)
Alhamdulillah kalau begitu… Kebetulan kalau saya masih harus lebih sering bergerak 🙂
salam kenal..sy baru didunia bloger,kbetulan baru2 ini sy lagi senang2nya nerjemahin tulisan2 bhs inggris, dri nerjemahin lagu,berita, tpi kyaknya susah bgt buat merangkai kata,apalagi bgi pemula spt sy yg bermodalkan bhs inggris pas2an, tp bca blognya mbak jadi tambah semangat dan memberi banyak inspiratif 😀
Salam kenal juga, mba. Senangnya klo blog ini bisa menginspirasi, meski saya masih belum rutin posting. Saya selalu bersemangat ketemu teman yang mau jadi penerjemah, soalnya menurutku menerjemahkan itu menyenangkan. Oya, klo mba lihat tautan di sebelah kanan yg judulnya “Juru Bahasa”, di situ ada teman2 penerjemah lainnya. Mereka juga banyak berbagi tentang penerjemahan. Semangat ya, mba Any 😀
salam kenal,
saya baru memulai di dunia terjemahan dan masih awam hehehe
saya baru menerjemahkan beberapa novel
sebetulnya ingin mencoba menerjemahkan buku namun agak tidak pede karena kesannya kalo menerjemahkan buku lebih berat ya?
terima kasih sebelumnya 🙂
Salam kenal juga. Makasih udah berkunjung ya 😀 Mungkin maksudnya menerjemahkan buku nonfiksi ya? Mmm… berat atau nggak kayaknya relatif. Saya sendiri lebih seneng menerjemahkan nonfiksi. Selain sering dapet pencerahan dari materinya (entah kenapa seringnya begitu), tata bahasa dalam naskah nonfiksi biasanya lebih mudah dan lebih teratur. Tapi ini pendapat pribadi sih 😀
Hai mbak Lulu, maaf telat baca balasannya dan terima kasih balasannya 🙂
Maksud saya semacam textbook/diktat yang berbau-bau bidang khusus hehe
mbak Lulu pernahkah menerjemahkan buku semacam itu? Apa ya trik jitunya? Hehe
Saya pernah iseng mencoba menerjemahkan beberapa lembar buku teks yang dapat pdfnya dari internet, maksud saya buat latihan, tetapi ternyata lumayan sulit juga menemukan istilah-istilah yang pas dalam bahasa Indonesia.
Atau mungkin saya aja yang kurang gigih ya hehehe.
Terus terang saya belum pernah nerjemahin diktat ilmiah gitu sih 😀 Buku2 nonfiksi yang saya terjemahkan biasanya memoar atau self-help, dan menurut saya ga serumit textbook yang mungkin banyak istilah ilmiah. Ada baiknya yesi ikutan milis bahtera, atau grup HPI (Himpunan Penerjemah Indonesia) di Facebook. Di situ banyak berkumpul penerjemah berpengalaman yang sering sharing tentang dunia penerjemahan. Klo soal trik–tapi ini berlaku buat semua penerjemah–kita harus sering riset, mau ga mau, apalagi penerjemah zaman sekarang terbantu oleh internet. Tetap semangat ya 😀
makasih mbak lulu…
sukses slalu 😀
Sama-sama, Amy. Sukses buat Amy juga 😀
Wuokee, siaap laksanakan 😀
Thanks and goodnite mbak 🙂
Salam kenal mbak lulu…
Saya pengen jd penerjemah lepas, saya kebetulan juga pernah bekerja di penerbit sbg editor tapi sekarang tidak lagi.
Mau tanya mbak, kalau misalnya kita mengajukan diri jd penerjemah freelance selain CV kan kita harus menyertakan contoh hasil terjemahan buku. Nah, bagaimana cara memilih buku yg kita ambil sebagai contoh terjemahan (apa yg benar-benar belum ada terjemahan atau boleh yg sudah ada terjemahannya?)
Terima kasih 🙂
Halo Sari. Salam kenal juga ya 🙂
Saya lebih menyarankan buku yang belum pernah diterjemahkan, karena dengan begitu hasil kita nggak akan terpengaruh terjemahan yang sudah ada, dan editor juga bisa menilai kita secara lebih adil. Saya sendiri menerjemahkan salah satu artikel dari majalah luar ketika pertama kali memberikan contoh terjemahan (lantaran memang belum punya karya terjemahan sendiri). Semoga membantu 🙂
ooo, jadi ga harus novel ya, bisa mengambil artikel sebagai contoh terjemahan yang disertakan di CV, makasih ya mbak 🙂
Sebenarnya tergantung penerbit yang kita tuju. Kalau penerbitnya buka lowongan penerjemah novel, sebaiknya kita kasih contoh terjemahan fiksi. Begitu pula kalau nonfiksi. Kebetulan waktu itu, aku pertama kali melamar ke Serambi, yang mencari penerjemah baik fiksi dan nonfiksi. Jadi kucari artikel yang netral aja. Sama-sama, Sari 😀
Assalam… Mbak setelah membaca tulisannya aku sekarang lebih semangat untuk mempelajari bahasa inggris khususnya translator dan memang dari awal rencananya aku pengen lanjutin S1 bidang penerjemahan di UT mengingat lokasi pekerjaanku di area tambang papua. Tp kayaknya aku masih sulit berbahasa inggris secara lisan, makanya aku lebih senang terjemahkan tulisan. Apa mbak punya saran buat aku yg punya banyak kekurangan? thanks…
Wa’alaikum salam, Mas Firman
Maaf baru balas ya. Kalau soal penerjemah lisan (interpreter), saya sendiri juga nggak berpengalaman. Saran saya, Mas ikut milis Bahtera (Bahasa dan Terjemahan) di yahoogroups, atau bisa juga ikut grup HPI (Himpunan Penerjemah Indonesia) di Facebook. Web resmi HPI sendiri ada di sini.: http://www.hpi.or.id/. Banyak banget informasi mengenai dunia penerjemahan di sana.
Semangat ya, Mas. Bagus tuh kuliah lagi, saya aja juga pingin banget 😀
Wah seneng banget ketemu blog ini… Selain mengajar bahasa Inggris, saya juga freelance translator dan beberapa kali menerjemahkan dokumen milik perusahaan farmasi dan perusahaan lainnya… Saya jadi bisa banyak belajar dari blog mba Lulu ini… Makasih banget ya, sharing ilmu dan pengalaman serta informasi lainnya yang sangat bermanfaat…Barakallah…
Alhamdulillah, saya seneng kalau blog ini bisa bermanfaat, apalagi bagi sesama penerjemah, soalnya tadinya blog ini isinya campur aduk, tapi akhirnya saya putuskan untuk lebih banyak nulis tentang penerjemahan. Makasih juga udah berkunjung 😀
Sama-sama mba Lulu … 🙂
salam kenal mba, saya baru baca nich artikel mba. soalnya saya juga sedang mau mencoba freelance nerjemahin. saya coba buka link HPI yang mba recommend, tapi ketika saya klik malah muncul 404 page not found. thank you
Salam kenal, Mba Merry.
Wah, mungkin linknya lagi error ya. Tapi ini kukasihkan lagi alamat web HPI: http://www.hpi.or.id/
Sukses selalu ya, Mba.
Assalamu’alaikum mbak Lulu, salam kenal. Lagi googling keyword CV Penterjemah, eh muncul web ini. Alhamdulillah, jadi terbantu sekali. Saya baru ingin mulai profesi ini. Lebih karena passion di bidang bahasa Inggris sebetulnya. Nah… berhubung disinggung soal buku “How To Succeed as a Freelance Translator”, saya udah cek di TBD harganya sekarang $23.13. Itu waktu dikirim ada masalah dengan bea cukai ngga ya? Soalnya sampai sekarang saya ngga berani beli barang dari LN karena cerita-2 (dan pengalaman pribadi) yang buruk soal bea cukai kita. Mohon infonya ya mbak. Makasih
Wa ‘alaikum salam, mas Dadi, salam kenal juga.
Alhamdulillah, selama ini saya beli buku di TBD aman-aman saja, langsung diantar ke alamat tujuan tanpa masalah. Saya juga pernah denger cerita-cerita semacam itu. Mungkin ada beberapa daerah tertentu yang bermasalah, tapi saya tidak tau juga. Kekurangannya hanya lama, bisa lebih dari sebulan buku baru saya terima. Sama-sama, semoga jawaban saya membantu 🙂