[Catatan] The Notting Hill Mystery, Pengalaman Pertama Menerjemahkan Klasik



Saya ingin menceritakan sedikit pengalaman menerjemahkan The Notting Hill Mystery karya Charles Felix. Ketika mendapat tawaran ini, saya girang karena belum pernah menerjemahkan novel bergenre klasik. Oh ya, definisi klasik di sini adalah yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu karya sastra yang bernilai tinggi serta langgeng dan sering dijadikan tolok ukur atau karya susastra zaman kuno yang bernilai kekal.

Meskipun “terintimidasi” dengan definisi di atas, mulanya saya santai. Dalam bayangan saya, menerjemahkan klasik tak berbeda dengan buku novel lainnya. Tapi ketika mulai menggarap kalimat pertama, lalu kedua, dan seterusnya, saya baru sadar pemikiran saya perlu diluruskan. Ternyata prosesnya penuh perjuangan.

Perbedaan terbesar yang saya rasakan adalah kalimat dalam klasik sangat panjang dan majemuk. Pernah saya menemukan sepuluh baris yang isinya satu kalimat saja. Atas saran Nui, teman yang pernah menerjemahkan klasik, saya membedah kalimat untuk mencari subjek, predikat, objek, baru setelah itu mencari anak kalimat (keterangan subjek, keterangan objek, dll). Dari situ kalimat lebih mudah dicerna dan diterjemahkan. Thanks, Nui!

Proses ini lumayan ribet awalnya. Beberapa kalimat yang superpanjang itu saya tulis ulang di kertas, lalu saya garisi mana subjek, mana predikat, mana objek. Dengan begitu, saya jadi lebih paham makna dan konteksnya. Harus saya akui memang lamban, tapi tidak setiap kalimat melewati “prosedur” ini, hanya yang benar-benar bikin saya puyeng. Selain itu, beberapa kalimat terpaksa dipenggal, karena saya pikir, kalau saya saja tidak nyaman membacanya, bagaimana dengan pembaca?

Tapi ternyata lambat laun menerjemahkan klasik itu asyik juga. Ibarat menyetir, hanya saat gigi satu jalannya pelan. Begitu sudah menangkap inti ceritanya, kerja saya semakin cepat. Membaca berbagai referensi dan diskusi mengenai karya yang bersangkutan di internet juga membantu memperlancar proses penerjemahan.

Dari sini saya belajar menerjemahkan buku klasik membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Bukan berarti ini tidak berlaku untuk buku-buku bergenre lain. Tapi untuk klasik sepertinya dosisnya perlu ditingkatkan. Sekarang saya lagi giat membaca novel-novel klasik yang sudah dialihbahasakan oleh penerbit lokal. Saya sadar masih banyak kekurangan saya, jadi insya Allah semua itu bisa menjadi acuan sekiranya saya mendapatkan tawaran lagi (aamiiin). Dan kalau tidak salah, saya sempat membaca referensi buku klasik di website Rini Nurul, tapi sampai sekarang belum ketemu.

Update tanggal 9 Agustus 2012.

Berikut ini contoh kalimat yang saya temukan dalam terjemahan di atas.

But while frankly admitting that it was the passage from the “Zoist Magazine,” quoted in the course of the evidence, which first suggested to my mind the only conclusion I have as yet been able to imagine, I beg at the outset most distinctly to state, that I would rather admit my own researches to have been baffled by an illusory coincidence, than lay myself open to the imputation of giving the slightest credit to that impudent imposture.

Akhirnya saya terjemahkan seperti ini:

Meskipun sejujurnya harus saya akui bahwa cuplikan dari majalah Zoïst-lah, yang dikutip dalam barang bukti, yang memunculkan ide tentang satu-satunya kesimpulan yang tadinya tidak saya bayangkan, sejak awal saya ingin menyatakan lebih suka mengakui penelitian saya telah dikacaukan oleh kebetulan ilusif, daripada dituduh sedikit saja membenarkan aksi penipuan yang tidak tahu malu itu.

Saya bukan pakar bahasa, jadi agak sulit buat saya menerangkan prosesnya 🙂 Tapi kira-kira kalimatnya saya pecah seperti ini:

Induk kalimat:
I beg at the outset most distinctly to state, that I would rather admit my own researches to have been baffled by an illusory coincidence, than lay myself open to the imputation of giving  the slightest credit to that impudent imposture

Anak kalimat:
While frankly admitting that it was the passage from the “Zoist Magazine,” quoted in the  course of the evidence, which first suggested to my mind the only conclusion I have as yet been able to imagine

Silakan kalau ada masukan ya. Biar saya bisa belajar juga tentang penerjemahan klasik ini.

Advertisement

13 thoughts on “[Catatan] The Notting Hill Mystery, Pengalaman Pertama Menerjemahkan Klasik

  1. Sama, pas mendapatkan tawaran menerjemahkan kisah klasik kupikir juga bakal sama dengan menerjemahkan bahan-bahan terjemahan lainnya. Ternyata aku sampai jedot-jedotin jidat ke meja sampai kesalnya berusaha memahami suatu kalimat tapi gak ketangkep juga. (untung mejanya gak apa-apa.) Hehehe…. Aku lagi cari referensi sebanyak-banyaknya juga nih, tapi bukan cuma karya terjemahan melainkan kisah di balik layar kayak gini. 😀

    1. Toss, mba, tapi aku nggak jedotin jidat, cuma gigit-gigit kertas saking gemesnya… hihi… Iya, kalau berhasil memahami suatu kalimat dalam naskah klasik rasanya seperti berhasil memecahkan teka-teki ya, mba.

      1. Aku belum pernah menerjemahkan novel klasik, tapi bahasa si Jonathan Strange & Mr Norrell lumayan mirip klasik juga tuh. Tapi aku malah seneng ketemu kalimat rumit-rumit. Soalnya ya itu, kalau berhasil menerjemahkannya dengan enak, puas banget.

      2. Aku pribadi masih deg-degan tiap ketemu kalimat sepanjang itu… 😀 Tapi iya, Femmy, kalo berhasil memecahkan kalimat panjang dan rumit rasanya gembira banget.

  2. Mbak Lulu, boleh rikues ga? (mau ngerepotin, maksudnya) hehe… minta contoh pengerjaan kalimat panjang bertingkat-tingkat lalu dibedah untuk dicari SPO dan anak-anaknya itu… *duduk anteng*

  3. mampir baca2 ya Lulu 🙂 Makasih, bermanfaat nih postingannya. Saya baru satu kali nerjemahin klasik dan memang kalimat2nya yang puanjang sukses bikin melongo 🙂 -nitayangbarupindahblog-

    1. Halo, mba Nita ^^ Senengnya mba mampir. Aku link blog mba di aku ya… Iya, aku juga baru sekali menerjemahkan klasik, dan ternyata oh ternyata… hehe… Tapi jadi penasaran pingin coba lagi 😀

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s