Dalam terjemahan saya, saya menemukan kalimat berikut ini:
How much wood would a woodchuck chuck if a woodchuck could chuck wood?
Ini bukan permainan kata, melainkan apa yang bisa disebut sebagai “tongue twister” atau “pembelit lidah”. Di Google, banyak sekali contoh pembelit lidah semacam ini, termasuk kalimat di atas.
Karena dalam terjemahan saya pembelit lidah ini hanya disinggung satu kali dan tidak punya makna khusus selain sebagai lelucon, saya memutuskan tidak menerjemahkannya. Saya meramban situs-situs web tentang pembelit lidah, seperti tautan ini, lalu memilih yang lucu menurut saya.
Kenapa kuku kaki koki kakekku kaku kayak kuku kaki kakak kakekku?
Moga-moga yang baca pun merasa lucu.
Dalam bayanganku seperti ‘Berapa banyak kupu-kupu di malam hari kalau ditambah kupu-kupu malam?’ CMIIW:)
Hmm, mungkin bisa juga. Tapi waktu nerjemahin si chuck-chuck itu aku merasa lucu banget. Jadi nyarinya yg pengen selucu dan selincah itu juga, meski gatau nanti ama editornya justru digunting dan diganti atau nggak :p
Hehehe, oh iya. Mesti lucu ya.
untung woodchuck atau woodnya ga disebut2 lagi ya di paragraf selanjutnya…klo iya repot 🙂
Untunglah tidak 🙂 Wah, klo itu ternyata permainan kata, aku bisa ngabisin waktu berjam-jam buat memecahkannya.
Tambah ilmu :). Thank you, Lu.
sama-sama, nad 🙂